Minggu, 02 April 2017

Cara Budidaya dan Ternak Ikan Hias Botia



Ikan botia ( Chromobotia macracanthus ) yang berparas sangat cantik ini tempat penyebarannya di sungai-sungai sumatera serta kalimantan. Kecantikan ikan hias ini cukup laku baik di pasar lokal maupun ekspor.

Pada umumnya, budidaya ikan botia diperjual belikan dalam ukuran 1-3 inci atau 2,5 - 7,5 cm. Botia yang berukuran diatas 5 cm dilarang untuk diperjual belikan, yang bertujuan untuk menjaga kelestarian ikan botia.

Berikut saya akan menjelaskan tahap-tahap dalam membudidayakan ikan botia.

1. Penentuan Induk

Hingga sekarang ini, induk botia masih tetap didatangkan dari alam atau dibeli dari penangkaran. Induk botia lantas dipelihara dalam area pemeliharaan yang tertutup atau wadah pemeliharaannya dilengkapi tutup supaya cahaya sedikit masuk. Adaptasi untuk masak gonad ikan botia ini cukup memakan yang lumayan lama sekitar 8-10 bulan, induk botia yang sudah masak gonad akan di tandai dengan gendutnya perut induk betina.

Kanulasi atau kateterisasi merupakan cara yang sangat efisien untuk memastikan kematangan gonad, jika ukuran telur telah meraih panjang 1,1 atau 1,2 mm maka ikan bisa di pijahkan, dan untuk induk jantannya bisa dilihat pengurutan serta apabila telah dapat keluar sperna yakni cairan putih susu berari dia sudah masak gonad.


2.Pemijahan Induk

Pengembangan ikan botia dilakukan dengan cara pemijahan buatan, yaitu lewat cara menyuntikkan hormon pada induk-induk terpilih. Untuk induk betina kandungan dipakai 1,0 ml/kg berat badan induk dengan 2x suntik, pertama 0,4 ml serta ke-2 0,6 dengan interval waktu 6 jam dan untuk induk jantan 0,6 ml/kg cukup dengan berbarengan dengan suntikan pertama induk betina. Sesudah penyuntikkan, dilanjutkan dengan pengeluaran sperma serta telur induk dengan cara stripping.

Stripping pada induk jantan dikerjakan apabila induk sudah terlihat gelisah serta berenang dengan cara mengibas-ngibaskan ekor. Bagian stripping pada induk jantan adalah sebagai berikut :

Sesudah induk jantan ditangkap, lap tubuhnya sampai kering supaya sperma yang di ambil tidak tercampur dengan air, lantas bias menggunakan phenoxy ethanol 0,3 ml.

Sedot sperma menggunakan spuit yang sudah diisi dengan garam dan tampung sperma menggunakan wadah berbentuk mangkok kecil, encerkan sperma dengan menambahkan larutan garam fisiologis ( perbandingan 1 :3 sampai 1 : 4 ). Dan setelah itu simpan sperma tersebut didalam ruangan yang dingin seperti kulkas dan yang lainnya dan sperma ini bisa tahan selama 4-6 jam.

Dan saat stripping induk betina bisa dilakukan dengan cara seperti berikut :

Seperti hal nya seperti induk jantan, induk betina pun perlu dikeringkan terlebih dahulu sebelum melakukan pembiusan pada induk betina.

Sesudah induk betina dibius, lakukan pengurutan sampai telur keluar., tampung telur dengan menggunakan wadah yang berbentuk mangkok atau piring yang permukaannya halus. Apabila pada saat diurut masih terasa berat, tunggu lah beberapa saat sampai merasa mudah kembali dan kerjakan pengurtan secara perlahan-lahan.

Apabila proses stripping pada kedua induk sudah selesai dikerjakan, campur sperma dan telur sebari dialiri dengan air bersih, dan goyang-goyangkan sampai telur dan sperma merata. Apabila sudah satu menit, bersihkan kembali telur dan sperma dengan menggunakan air bersih beberapa kali.

Untuk penetasan telur botia sangat bagus sekali apabila dilakukan di tempat yang berupa corong, dengan aliran air yang kecil. Dan air yang digunakan untuk menetaskan telur sebaiknya air yang sudah "tua"  dan telur dapat menetas di tempat penetasan kurang lebih selama 19 jam apabila suhu  maksimal di dalam tempat peneasan tersebut mencapai 26-27 celcius.

3. Pemeliharaan Pasca Pemijahan

Larva yang baru menetas alangkah baiknya bila masih di tempatkan di dalam corong selama 4 hari atau sampai makan aremia, dan setelah memakan waktu 4 hari, barulah larva bisa di pindahkan kedalam area pemeliharaan larva seperti aquarium atau bak.

Pada dasarnya, ikan botia masih rendah daya tetasnya sekitar 40%, hal ini dikarenakan induk botia biasanya sulit beradaptasi. Tapi apabila dirawat dengan baik, maka peluang hidup larva akan makin bertambah sekitar 80-90%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Abiotik

Faktor abiotik merupakan komponen tak hidup dari ekosistem. Secara kimia, faktor geologi seperti tanah, mineral, batu dan faktor fisik ...